Flash News 7 Desember 2020
TOPIK EKONOMI DAN BISNIS
1. Kredit Macet Bisa Melonjak
OJK memperpanjang periode restrukturisasi kredit dari sebelumnya berakhir Maret 2021 menjadi Maret 2022. Ketua Bidang Kajian dan Pengembangan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Aviliani menilai, perpanjangan ini memberi ruang yang lebih lega bagi debitor perbankan untuk memulihkan kemampuan membayar utang. Walau begitu, Aviliani mengingatkan, para debitor tetap memiliki potensi tidak dapat langsung membayar kredit yang telah direstrukturisasi. "Sekarang saja loan at risk (LAR/risiko gagal bayar) sudah di level 23 persen. Tahun depan kalau masih banyak debitor yang gagal bayar akan terjadi lonjakan NPL (nonperforming loan) di saat ekonomi justru mulai tumbuh sehingga ekspansi kredit bisa terhambat," kata Aviliani.
Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani mengatakan, kebijakan restrukturisasi cukup membantu dunia usaha dalam menjaga arus kas. Perpanjangan restrukturisasi kredit, lanjut Hariyadi, akan sangat membantu pelaku usaha karena dunia usaha tidak bisa langsung pulih pada 2021. "Tidak mungkin dalam setahun terjadi pemulihan. Saat ini, beberapa bank juga mengalami kesulitan tersendiri," ujarnya. (Kompas)
2. Arus Logistik Berpotensi Ganggu Pemulihan
Performa sektor manufaktur pulih lebih cepat karena membaiknya permintaan di pasar global. Namun, pemulihan tersebut terancam tidak dapat terjadi karena dampak pandemi Covid-19 pada industri logistik global.
Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) mendata saat ini ada sekitar 1 juta kargo yang tertumpuk di pelabuhan transit Singapura. Sementara itu, ribuan kontainer ekspor saat ini masih tertahan antara di gudang industri atau pelabuhan lokal.
Ketua Umum Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus Gunawan menyatakan masih belum dapat memproyeksikan realisasi produksi 2020. Pasalnya, saat ini pabrikan menghadapi dilema pemenuhan permintaan pasar global. Yustinus mengatakan, ekspor pada kuartal IV/2020 melonjak dibandingkan kuartal III/2020. Namun demikian, volume angkut kapal ekspor dan tingginya harga angkut menahan pabrikan melakukan pengapalan. (Bisnis Indonesia)
3. Pandemi Covid-19 Picu Kelangkaan Kontainer
Pasokan Kontainer pengangkut barang di pelabuhan dalam negeri semakin menipis. Kegiatan ekspor produk Indonesia pun melambat oleh sulitnya mendapatkan peti kemas kosong dan ruang kapal. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldi Ilham Masita, menyatakan bahwa kelangkaan ini dipicu oleh penyebaran virus Covid-19 yang menganggu perdagangan dunia.
"Perdagangan dunia belum pulih, sehingga terjadi penumpukan kontainer kosong di beberapa pelabuhan." katanya. Penumpukan terutama banyak ditemukan di pelabuhan-pelabuhan yang menjadi titik temu perdagangan dunia, seperti singapura dan Amerika Serikat.
Di Indonesia sendiri, kegiatan impor masih belum membaik. Badan Pusat Statistik mencatat nilai impor pada Oktober lalu masih minus 6,72 persen dibanding bulan sebelumnya dan minus 26,93 persen dibanding Oktober 2019. Sedangkan kegiatan ekspor pada periode itu masih tumbuh 3,09 persen secara bulanan meski tercatat minus 3,29 persen secara tahunan. (Tempo)
TOPIK SOSIAL DAN POLITIK
1. Program Vaksinasi Korona Indonesia
Kebutuhan vaksinasi di Indonesia mencakup 67% dari total populasi usia 18-59 tahun yang berjumlah 107,2 juta jiwa dengan kebutuhan vaksin 246,58 juta dosis vaksin. Anggaran vaksin senilai Rp 34,23 triliun: untuk tahun 2020 sebesar Rp 5 triliun dan Rp 29,23 triliun tahun 2021. (Kontan)
2. Vaksin Covid-19 di Inggris
Inggris akan menjadi negara pertama pengguna vaksin anti-Covid-19 buatan pfizer dan Biontech, mulai pekan ini. Dosis pertama akan diberikan pada, Selasa (8/12). National Health Service (NHS) akan memprioritaskan vaksinasi orang-orang yang berusia di atas 80-an, petugas kesehatan garis depan, serta penghuni panti jompo.
Inggris telah memesan 40 juta dosis yang cukup untuk vaksinasi 20 juta orang di negara berpenduduk 67 juta itu. Sekitar 800.000 dosis diharapkan tersedia dalam pekan pertama. (Kontan)