Should Only the Little People Pay Taxes?
Dewasa ini, tidak sedikit politikus di Amerika Serikat yang masih meyakini ide usang tentang pemotongan pajak (tax cuts) sebagai solusi atas segala permasalahan. Kendati telah banyak bukti yang menyatakan sebaliknya, ide yang menguntungkan bagi kepentingan para pendonor partai politik ini masih saja tidak kehilangan pengusungnya. Hal ini tampak dalam sikap Partai Republik yang menentang rencana penambahan anggaran bagi Internal Revenue Service dalam upaya mengejar para pengemplang pajak. Adapun tax gap yang ada sejauh ini diestimasikan melebihi angka USD 500 milyar setiap tahunnya.
Meskipun bukan hal mengejutkan mendapati para politikus bersimpati dengan kepentingan para konglomerat pengemplang pajak, agaknya masih mengejutkan melihat keterusterangan mereka dalam menunjukkan simpati itu. Mereka seolah tidak hanya mendukung pengenaan pajak yang rendah terhadap para konglomerat, melainkan juga agar para pengemplang pajak itu dibiarkan begitu saja. Tentu praktek ini semestinya ditentang oleh siapa saja. Publik secara umum dirugikan karena pengemplangan pajak membuat anggaran negara untuk kepentingan sosial menjadi lebih terbatas. Sementara itu, ada juga rasa tidak fair dalam diri orang-orang kaya yang tertib pajak apabila orang-orang lain seperti mereka bisa bebas saja menghindar dari kewajibannya.
Kiranya perlu dicatat bahwa masyarakat kecil bukan tidak ada yang mengemplang pajak juga. Namun, berhubung sebagian besar masyarakat Amerika memperoleh penghasilannya dari gaji dan upah, yang secara otomatis tercatat dalam sistem pemerintah, maka kecil kemungkinan bagi mereka untuk mengelak dari kewajiban pajak. Oleh sebab itu, pengemplangan pajak terutama melibatkan pemasukan “bisnis”. Kata “bisnis” ditempatkan dalam tanda kutip lantaran di sini ada keterlibatan entitas-entitas fiktif yang dimaksudkan untuk menyembunyikan sejumlah pemasukan dari otoritas pajak. Diperkirakan dua puluh persen dari total pemasukan satu persen orang terkaya di Amerika tidak dilaporkan.
Menurut Krugman, dalam ketidaksetujuan mereka terhadap rencana pengetatan realisasi pajak, para politikus Partai Republik hampir-hampir tidak menyediakan justifikasi bagi posisi mereka kecuali dengan mengklaim bahwa Internal Reveneu Service sengaja menargetkan kelompok konservatif. Barang kali posisi mereka ada kaitannnya dengan fakta bahwa banyak pengemplang pajak besar merupakan pendonor bagi Partai Republik. Pengaruh mereka pun semakin hari semakin meningkat. Dengan semakin cenderungnya Partai Republik menebar kebohongan dan memantik kekerasan, kiranya para pendonor mereka juga akan semakin terdiri dari para konglomerat yang kurang peduli terhadap reputasi diri mereka dan persis orang-orang seperti inilah yang lebih cenderung mengemplang pajak.
Sumber: The New York Times, 22 Juli 2021 | Oleh: Paul Krugman