In England, a Call to Tax Sugar and Salt
Suatu tinjauan independen baru-baru ini terhadap industri makanan di Inggris mengeluarkan sejumlah rekomendasi yang salah satunya adalah mengenakan pajak terhadap gula dan garam dalam menanggapi tingginya tingkat konsumsi makanan cepat saji di negeri itu. Pola konsumsi semacam ini menimbulkan beragam permasalahan kesehatan sebagaimana tampak dalam fakta bahwa obesitas berkontribusi secara signifikan terhadap tingkat kematian warga Inggris di masa pandemi. Tinjauan itu memperkirakan bahwa pola konsumsi yang buruk telah berkontribusi terhadap 64.000 kematian di Inggris setiap tahuannya. Diproyeksikan juga bahwa pada tahun 2035, anggaran National Health Service sebesar USD 20 milyar akan tersita untuk mengatasi diabetes tipe 2 dalam satu tahunnya.
Sejauh ini, kendati belum merupakan sikap resmi, Boris Johnson dalam menanggapi tinjauan ini menyatakan ketidaktertarikannya untuk menambah pajak jenis baru. Walaupun sebenarnya tinjauan ini masih mengajukan banyak rekomendasi lain lagi dalam upaya menanggulangi permasalahan konsumsi, kesehatan, dan perubahan iklim, pajak terhadap gula dan garam ini mengemuka sebagai rekomendasi yang paling menyita banyak perhatian dan memantik beragam reaksi. The Food Foundation, misalnya, menyambut positif rekomendasi tersebut karena dapat membawa sistem konsumsi Inggris untuk lebih berpusat pada kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan. Pajak baru itu diharapkan dapat menghasilkan dampak positif seperti yang telah dipetik dari pengenaan pajak terhadap minuman-minuman manis sebelumnya. Pajak terhadap minuman manis itu berhasil memaksa produsen-produsen untuk mengurangi kadar gula pada minuman-minuman yang mereka produksi.
Kelompok produsen mengajukan pertimbangan lain di mana menurut mereka, pada akhirnya para konsumen sendiri yang akan membayar kenaikan beban pajak tersebut dalam rupa naiknya harga produk-produk kebutuhan hidup seperti selai dan sereal. Pajak itu tentu akan sangat memberatkan bisnis-bisnis yang telah susah-payah berdiri di tengah pandemi apabila mereka yang menanggungnya. Kelompok konservatif pun menolak rekomendasi itu atas dasar kenaikan harga tersebut disertai pandangan mereka bahwa pajak itu terlalu mengintervensi. Satu estimasi dari TaxPayer’s Alliance menyebutkan bahwa kenaikan pengeluaran yang disebabkan oleh pengenaan pajak baru tersebut dapat mencapai USD 238 per tahun bagi setiap rumah tangga.
Di sisi lain, pajak terhadap gula dan garam itu juga diestimasikan mampu menambah pemasukan negara sebesar USD 4 milyar yang dapat dialokasikan untuk membantu keluarga-keluarga yang kurang mampu. Henry Dimbleby, orang yang mengerjakan tinjauan itu, menyatakan bahwa pajak baru ini terutama ditujukkan untuk membuat produsen-produsen memformulasikan ulang produk mereka dan bukannya untuk meningkatkan harga-harga produk itu. Lebih lanjut, tinjauan itu juga merekomendasikan pemerintah agar berinvestasi pada sumber protein alternatif selain daging. Tinjauan itu tidak merekomendasikan pengenaan pajak terhadap daging karena hal itu dianggap akan berdampak tidak adil bagi keluarga-keluarga kurang mampu.
Sumber: The New York Times, 15 Juli 2021 | Isabella Kwai