Repatriasi Pengampunan Pajak Rendah - Flash News 16 Februari 2022
Enforce A Flash News ð°
Senin, 4 Juli 2022
Find us: linktr.ee/enforcea
Topik: PAJAK & PENERIMAAN
- Repatriasi Pengampunan Pajak Rendah
Berdasarkan penghitungan Bisnis dengan mengacu pada data McKinsey & Company yang dirilis pascapemerintah melaksanakan program pengampunan pajak 2016, total harta WNI di luar negeri mencapai US$250 miliar, atau berarti Rp3.250 triliun. Sementara itu, dalam dua program pengampunan, total deklarasi harta luar negeri hanya senilai Rp1.096,28 triliun. Dari total dkelarasi tersebut, realisasi repatriasi harta pada dua program itu hanya Rp167,73 triliun.
Dalam kaitan ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa repatriasi atau memulangkan harta dari luar ke dalam negeri bukanlah tujuan Utama. Musababnya, tidak sedikit wajib pajak yang masih memanfaatkan harta itu untuk membantu operasional usaha. Sri Mulyani mengatakan, poin terpenting dalam pelaksanaan program pengampunan pajak adalah data dan informasi yang berhasil dikantongi oleh otoritas pajak. Dengan demikian, pemerintah memiliki dasar yang kuat apabila pada masa mendatang wajib pajak tersebut berusaha melakukan praktik penghindaran melalui penempatan aset di yurisdiksi lain. (Bisnis Indonesia)
Topik: EKONOMI & BISNIS
- Boom Komoditas Angkat Penerimaan
Pemerintah tahun ini tengah menikmati berkah lonjakan beberapa harga komoditas. Lonjakan harga menyebabkan penerimaan negara berlimpah, baik dari pajak, maupun non pajak. Menurut Menkeu lomjakan harga komoditas memang mampu memantik kinerja penerimaan pajak pada semester I-2022. Bahkan kenaikan harga komoditas ini sudah terasa sejak tahun 2021 sehingga ikut mendorong pemulihan ekonomi Indonesia.
Lonjakan harga komoditas ini juga terlihat dari realisasi bea keluar di semester I 2022 mencapai Rp 23 triliun atau tumbuh dari periode sama tahun sebelumnya yakni 74,9%. Sri Mulyani menjelaskan penerimaan bea keluar ini dipengaruhi oleh factor harga komoditas tambang yang meningkat tajam, dan juga pemberlakuan baru bea keluar maksimal produk kelapa sawit (CPO) beserta produk turunannya dan program pecepatan ekspor. (Kontan)
- Ikhtiar Mengurangi Ketergantungan pada Batubara
Dorongan untuk memanfaatkan energi terbarukan terus menggaung di tingkat global. Namun, kenyataan bahwa batubara, bahan bakar fosil, masih dominan belum tergantikan dalam penenuhan energi tidaklah terelakkan. Akan tetapi, pengurangnya diupayakan, seperti dengan memanfaatkan biomassa sebagai bahan campuran pembakaran batubara.
Metode co-firring adalah mencampur biomassa dengan batubara pada komposisi tertentu sebagai sumber energi primer pembangkit listrik, khususnya PLTU. PLN berencana menerapkan teknologi co-firing pada 52 PLTU dengan total kapasitas 18 gigawatt. Kebutuhan pasokan bahan biomassa yang akan menyubstitusi sebagian batubara pada tahun 2025 sebesar 10,2 juta ton per tahun. Melalui program ini, PLN dapat menurunkan emisi karbon sampai 11 juta ton CO2. (Kompas)
Klik tautan berikut untuk bergabung ke grup WhatsApp yang memberikan update rangkuman berita harian seputar perpajakan dan ekonomi;
https://chat.whatsapp.com/B8Xm6MypfQ5KQEHa5VwHOe