Flash News 27 Juli 2020
TOPIK EKONOMI DAN BISNIS
1. Mendag Serukan Langkah Konkret Pemulihan Ekonomi Kawasan
Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto menekankan pentingnya percepatan pemulihan ekonomi pada masa dan pascapandemi Covid-19 melalui kerja sama yang lebih solid dan konkret di antara negara anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Pasalnya, pertumbuhan ekonomi kawasan APEC tahun 2020 diprediksi mengalami kontraksi sebesar 3,7% akibat Covid-19.
Kondisi tersebut, kata agus, semakin diperburuk dengan melemahnya arus rantai suplai serta menurunnya permintaan akibat implementasi langkah-langkah darurat kesehatan oleh hampir semua negara. "Untuk mengatasi dampak yang lebih buruk bagi perekonomian, khususnya di kawasan APEC, dibutuhkan perhatian khusus dan aksi yang cepat serta strategis dari semua anggota Ekonomi APEC," Kata Agus. (Investor Daily)
2. Pemerintah Tempatkan Dana di BPD untuk UMKM
Pemerintah akan menempatkan dana di Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk memberikan bantuan likuiditas dan menyokong UMKM melalui kredit modal kerja. Pemerintah sebelumnya telah menempatkan dana sebesar Rp 30 triliun pada bank-bank Himbara.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengharapkan, penempatan dana pada BPD dan BPR bisa mendorong kegiatan ekonomi masyarakat, utamanya pada usaha menengah dan kecil. "Kami juga akan melakukan penempatan dana di BPD. Jadi daerah dan BPR bisa mulai menempatkan dana dan dorong ekonomi terutama usaha menengah kecil," Ujar dia.
Sri Mulyani juga berharap, nantinya sektor riil kembali bergerak setelah terpukul pandemi Covid-19, konsumsi terdorong, serta korporasi usaha kecil, menengah, dan besar tetap stabil dan terjaga. "Ini sudah ada dalam APBN, kita berharap implementasi di akselerasi dan halangan terjadinya perlambatan pelaksanaan APBN sekarang betul diatasi, jadi dana meluncur di masyarakat dan bisa meningkatkan daya beli, atau masyarakat yang kehilangan pekerjaan dapat bantuan pemerintah, usaha kecil bisa dapat fasilitas pemerintah," Ujar dia. (Investor Daily)
3. Resesi dan Perdaban Baru
Oleh: A. Prasetyantoko
Laporan tiga bulanan International Monetary Fund (IMF) edisi Juni diberi judul “A Crisis Like No Other, An Uncertain Recovery”. Dalam laporan ini, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh minus 0,3% tahun ini. Kelompok negara maju diperkirakan tumbuh minus 8%, sementara kelompok negara berkembang minus 3%. Kelompok negara maju selain mengalami tekanan sangat berat juga diperkirakan pulih paling lama. Satu-satunya perekonomian negara yang besar yang diproyeksikan akan tumbuh positif adalah China sebesar 1%. Perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh negatif pada kuartal II dan III. Dengan demikian, seperti hampir semua perekonomian dunia akan mengalami resesi.
Secara teknis, resesi adalah situasi di mana perekonomian mengalami pertumbuhan negatif selama lebih dari tiga bulan atau dua kuartal berturut-turut. Meski masuk dalam lubang resesi, tetapi tetap menyimpan berita baik. Pertama, tekanan resesi relatif ringan dibandingkan dengan negara lain. Kedua, sebagai bagian dari kelompok negara berkembang, perekonomian kita diperkirakan akan mengalami pemulihan paling cepat setelah China.
Peradaban tengah mengalami fase transformatif dipicu berbagai disrupsi yang ditutup dengan megadisrupsi pandemi Covid-19. Forum Ekonomi Dunia memilih "The Great Reset” sebagai tema pertemuan puncak tahunan di Davos, Januari 2021. Covid-19 momentum menata ulang format kehidupan di berbagai aspek, mulai dari kesehatan, lingkungan, hingga model bisnis baru di masa depan. Ada dua gejala yang cukup mencolok peradaban akibat pandemi Covid-19, yaitu adopsi teknologi yang makin intensif dan solidaritas antarwarga akan meningkat. (Kompas)