Flash News 19 Januari 2022
Topik: EKONOMI & BISNIS
1. Subsidi Bunga KUR 3% Terus Berlanjut Tahun Ini
Pemerintah kembali melanjutkan subsidi bunga KUR dengan skema yang sama dengan tahun lalu, yakni bunga KUR yang sebesar 6% sebesar 3% menjadi tanggungan pemerintah dan sisanya ditanggung penerima KUR. Menko Bidang Perekonomiam Airlangga Hartarto dalam penyerahan Penghargaan KUR 2021, Selasa (18/1) bilang, subsidi tersebut sudah mendapat persetujuan Presiden. “Subsidi bunga KUR 3% selama 6 bulan tengah disiapkan Menteri Keuangan,”kata Airlangga. Ia pun meminta pihak terkait menggencarkan sosialisasi KUR lantaran masih ada masyarakat yang belum mengetahui pemberian subsidi bunga KUR tersebut.
Setelah melanjutkan pemberian subsidi KUR, pemerintah pun sudah mengalokasikan plafon KUR untuk tahun ini yang naik menjadi Rp 373.17 triliun. Pemerintah berupaya mengoptimalkan pemberian KUR seperti di sektor perkebunan terutama perkebunan sawit untuk bisa melakukan peremajaan tanaman kelapa sawit. (Kontan)
2. Perlu Konsistensi Reformasi agar Penurunan Yield SBN Berlanjut
Meski berada dalam tren menurun, tingkat imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun Indonesia hingga kini tercatat masih yang tertinggi di kawasan Asean. Selain sentimen jangka pendek seperti ekspektasi kenaikan yield US Treasury, yield SBN tenor 10 tahun yang masih tinggi juga dikarenakan investor melihat, fundamental ekonomi Indonesia masih memiliki kerentanan seperti ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor, meski dari sisi ekspor mengalami banyak perbaikan. Kerentanan ini juga tergambar pada kondisi neraca transaksi berjalan (current account) yang membukukan defisit sekitar 10 tahun terakhir dan baru surplus beberapa kuartal belakangan.
Dengan konsistensi reformasi, perekonomian Indonesia akan memiliki fundamental yang semakin kuat karena efisien dan berdaya daya saing. Selama investor masih memiliki kekhawatiran terhadap struktural perekonomian Indonesia, selama itu pula mereka menagih kompensasi yield SBN yang lebih tinggi. (Investor Daily)
3. Dominasi Batubara Semakin Meningkat
Pengembangan energi terbarukan masih menjadi tantangan karena penyediaan listrik di Indonesia masih bergantung pada energi fosil. Secara kapasitas, pembangkit energi terbarukan naik, tetapi presentasenya turun dalam bauran energi primer karena banyak PLTU yang harus dioperasikan. Menurunnya proporsi energi terbarukan menjadi konsekuensi logis. Sebab, dengan adanya proyek pembangkit 35.000 MW, penggunaan batubara tidak terhindarkan karena sudah ada kontrak jangka panjang dengan swasta.
Untuk mengejar peningkatan angka pemanfaatan energi terbarukan memerlukan dukungan fiskal yang besar. Melalui pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap yang telah dimulai, peningkatan energi terbarukan dapat didorong masif. Agar pemanfaatan energi terbarukan optimal, pemerintah bisa mewajibkan PLN membangun pembangkit energi terbarukan dengan kompensasi atau memberi subsidi harga listrik energi terbarukan. (Kompas)