Flash News 30 Juni 2020
TOPIK PERPAJAKAN DAN PENERIMAAN
1. Nikmat Tambahan Insentif Pajak Emiten Tidak Merata
Pemerintah memberikan tambahan diskon PPh Badan sebanyak 3% bagi emiten. Syaratnya jumlah saham yang beredar di publik (free float) minimun sebesar 40% dari total jumlah sahamnya. Lalu, free float tersebut harus dimiliki minimum 300 pihak dalam jangka waktu minimal 183 hari kalender dalam jangka waktu satu tahun pajak.
Sesuai PP No.30 Tahun 2020, penyesuaian tarif PPh badan seluruh emiten turun menjadi 22% terhitung tahun pajak 2020-2021. Tarif akan turun lagi menjadi 20% atas tahun pajak 2022. Dengan adanya ketentuan free float, emiten tertentu akan mendapatkan tambahan diskon menjadi 19% untuk tahun pajak 2020-2021 dan tahun pajak 2022 menjadi 17%.
Beberapa pihak seperti Sekretaris Perusahaan SMRA Jemmy Kusnadi, Direktur Independen CTRA, Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika Hapsari berpendapat bahwa insentif ini tidak bisa dinikmati sektor properti karena pajak yang dibayarkan adalah pajak final. (Kontan)
TOPIK EKONOMI DAN BISNIS
1. Skema Burden Sharing Dinanti
Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa proses pembahasan burden sharing yang belum selesai telah mengakibatkan tertundanya sejumlah program pemerintah, salah satunya penerbitan surat berharga negara (SBN) melalui private placement. Persoalan burden sharing yang tak kunjung selesai itu memaksa pemerintah menerbitkan aturan komplementer seperti PMK No. 70/2020 yang mengatur mekanisne penempatan uang negara ke bank umum mitra.
Penempatan uang negara yang tahap awal senilai Rp30 triliun diambil dari dana milik pemerintah yang disimpan di bank sentral. Dana yang dimaksud bukan berasal dari Program PEN melainkan dari sisa lebih pembiayaan anggaran (silpa). Keputusan ini sengaja diambil pemerintah selain karena besarnya risiko dan persyaratan rumit bank jangkar yang termuat dalam PMK No. 64/2020, juga disebabkan oleh pembahasan burden sharing yang lambat. (Bisnis Indonesia)
2. Harga Rendah Tahan Inflasi Juni
Inflasi Juni ini diperkirakan mengalami kenaikan. Ekonom BCA David Sumual memprediksi Juni ini akan mencapai 0,06% dan inflasi tahunan diperkirakan sebesar 1,84% yoy. Dikarenakan rupiah bergerak menguat dan aktivitas ekonomi sudah perlahan pulih walaupun masih menekan konsumsi masyarakat. Ekonom Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan RI Eric Sugandi memperkirakan inflasi bulan Juni berada di angka 0,04% atau 1,82% yoy.
Faktor pendorong inflasi Juni masih bersumber dari sisi pasokan akibat gangguan transportasi dan distribusi berkaitan dengan pembatasan mobilitas selama pandemi. Dan beberapa komoditas mengalami kenaikan harga, seperti daging dan telur ayam ras. Adapun Bank Indonesia memperkirakan deflasi Juni sebesar 0,01% sejalan dengan perkembangan survei penjualan eceran hingga pekan keempat Juni 2020. (Kontan)