Flash News 27 Desember 2021
Topik: PAJAK & PENERIMAAN
1. Investor Tak Minat Manfaatkan Insentif
Realisasi investasi fasilitas pajak berupa tax allowance dan tax holiday kepada investasi baru masih minim. DJP melaporkan sejak diterbitkannya PMK 35 Tahun 2018 hingga November 2021 lalu, pemerintah telah menerbitkan 110 SK fasilitas tax holiday kepada 104 Wajib Pajak dan 17 SK pemanfaatan. Namun dari jumlah itu, realisasi investasi masuk baru mencapai Rp 63,5 triliun. Angka tersebut hanya 2,03% dari total rencana investasi sejak 2018-2021.
Sementara itu, sejak diterbitkannya PP Nomor 78 Tahun 2019 dan PMK Nomor 96 Tahun 2020 hingga akhir November lalu, pemerintah telah memberikan 51 SK fasilitas tax allowance kepada 41 WP serta 5 SK pemanfaatan. Adapun realisasi investasi dari penerima fasilitas tax allowance baru sebesar Rp 1,79 triliun yang berasal dari realisasi tahun 2020.
Pemerintah menegaskan akan terus berupaya memperbaiki kebijakan yang memudahkan pengurusan investasi seperti penerapan Sistem Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Terintegrasi Secara Elektronik. Menurut Anggota Kadin Indonesia Ajib Hamdani, pandemi Covid-19 menjadi kendala utama lambatnya realisasi investasi penerima fasilitas tersebut. Kebijakan pembatasan yang berubah-ubah menyebabkan ketidakpastian dunia usaha. (Kontan)
Topik: EKONOMI & BISNIS
1. Rekor Baru Output Ekonomi
Ekonomi global akan mencatatkan rekor baru pada tahun depan sejalan dengan menguatnya optimisme pemerintah dan pelaku usaha dalam menyongsong tahun pemulihan. Adapun, estimasi output ekonomi dunia pada 2022 diperkirakan mencapai US$100 triliun. “Ekonomi dunia akan melampaui US$100 triliun untuk pertama kalinya pada 2022, dua tahun lebih awal dari perkiraan sebelumnya,” kata Wakil Ketua CEBR Douglas McWilliams dilansir Bloomberg, Minggu (26/12).
Proyeksi tersebut lebih cepat 2 tahun dibandingkan dengan estimasi sebelumnya dari Centre for Economics and Business Research (CEBR) yang memprediksi pencapaian rekor baru output ekonomi global baru akan terwujud pada 2024 mendatang. Ada dua faktor utama yang menjadi katalis positif kebangkitan ekonomi dunia. Pertama, pembukaan akses antarnegara yang memicu pulihnya kegiatan manufaktur, perdagangan, hingga perjalanan wisata. Kedua, tahapan vaksinasi yang kian cepat. (Bisnis Indonesia)
2. Konsumsi Terus Membaik
Berbagai indikator ekonomi yang tercatat di pengujung tahun ini memberikan sinyal positif bahwa pemulihan akan semakin kuat pada 2022. Namun, hal itu hanya akan terwujud jika penyebaran kasus Covid-19 tetap terkendali. Sejumlah indikator ekonomi, baik dari sisi konsumsi maupun produksi, menunjukkan terjadinya pemulihan selama triwulan IV-2021. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, indikator-indikator tersebut menunjukkan sinyal kuat bahwa tren pemulihan konsumsi di pengujung tahun ini akan berlanjut pada tahun depan. Berdasarkan hal tersebut, Sri Mulyani optimistis, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2021 bisa berada di atas 5 persen sehingga ekonomi sepanjang tahun 2021 diprediksi tumbuh 3,5-4 persen.
Agar pertumbuhan konsumsi dan ekonomi semakin optimal, diperlukan juga bentuk intervensi kebijakan dari pemerintah, seperti stimulus penurunan suku bunga pinjaman dan peningkatan efisiensi biaya usaha di sektor-sektor dengan minat investasi yang cukup rendah, seperti sektor pertambangan. (Kompas)
3. Ekonomi Pulih Tapi Masih di Bawah Sebelum Krisis
Indonesia mencatat pertumbuhan tertingginya di masa pandemi, yakni sebesar 7,03% pada kuartal II-2021. Meski pertumbuhan melambat lagi ke angka 3,51% pada kuartal III-2021 lalu, Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede optimis pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 bisa lebih tinggi lagi. Beliau optimis perbaikan pertumbuhan akan berlanjut hingga 2021. Kepercayaan publik akan meningkatkan konsumsi rumah tangga yang akan berbanding lurus tergadap peningkatan kapasitas. Alhasil investasi tahun depan juga akan naik.
Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira menilai kenaikan PDB pada harga belaku tidak bisa jadi indikator pemulihan ekonomi, lantaran PDB berdasarkan harga konstan masih turun. Beliau mencontohkan penerimaan pajak sebagai salah satu indikator pemulihan ekonomi yang belum cukup kuat. Menurutnya, pemerintah justru perlu mewaspadai dampak kenaikan harga komoditas terhadap inflasi hingga belanja subsidi yang berpotensi melonjak. (Kontan)
Klik tautan berikut untuk bergabung ke grup WhatsApp yang memberikan update rangkuman berita harian seputar perpajakan dan ekonomi;
https://chat.whatsapp.com/B8Xm6MypfQ5KQEHa5VwHOe