Flash News 11 November 2020
TOPIK PERPAJAKAN & PENERIMAAN
1. Kumpulkan Data, Kantor Pajak Gandeng Pelindo
Kerja sama penandatanganan Nota Kesepahaman Integrasi data perpajakan pada Selasa (10/11) antara Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak dengan PT Pelabuhan Indonesia (PT Pelindo) merupakan kelanjutan dari program Kementerian Keuangan dan Kementrian Keuangan untuk meningkatkan tata kelola perusahaan BUMN dalam transparansi perpajakan. Pada 17 Juli 2020, Pajak juga telah menandatangani dokumen yang sama dengan Pelindo II.
Kerja sama ini membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Integrasi data menjadi bagian dari strategi kantor pajak untuk menguji kepatuhan atau cooperative compliance juga efektivitas dan efisiensi pengumpulan pajak. Juga keuntungan bagi Pelindo atau wajib pajak untuk menurunkan beban kepatuhan dan risiko pemeriksaan atau sengketa di kemudian hari.
DJP berharap PT Pelindo dapat menjadi contoh bagi para korporasi dengan administrasi pajak yang kompleks dan sejumlah BUMN lainnya. (Kontan)
TOPIK EKONOMI & BISNIS
1. Dana Asing Mulai Masuk Pasar Modal
Dana asing mulai kembali masuk pasar modal Indonesia, didorong kepastian pilpres AS 3 November lalu yang memenangkan Joe Biden, keberhasilan uji coba kolaborasi negara maju mengembangkan vaksin Covid-19 yang mencegah infeksi 90% lebih, serta ditandatanganinya UU Cipta Kerja. Capital inflow menembus Rp 7,90 triliun, yang terdiri atas net buy di pasar saham Rp 3,99 triliun dan Surat Berharga Negara Rp 3,91 triliun sejak 4 hingga 10 November 2020. (Investor Daily)
2. Pikir-pikir Holding Wisata
Direktur Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebelum Garuda melebur ke dalam kelompok usaha (holding) yang dirancang oleh Kementerian BUMN. Merujuk pada paparan rencana pembentukan holding dan diskusi karyawan yang disosialisasikan secara internal oleh Kementerian BUMN sejak Oktober lalu, skema kelompok usaha tersebut akan melibatkan enam BUMN dan anak usahanya. Keenamnya adalah PT Angkasa Pura I (Persero), PT Angkasa Pura II (Persero), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, PT Inna Hotel & Resorts, PT Sarinah (Persero), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC, serta PT Taman Wisata Candi (Persero). Adapun PT Survai Udara Penas ditunjuk sebagai induk usaha.
Konsultan sekaligus pengamat penerbangan dari CommunicAVIA, Gerry Soejatman, meminta pemerintah memperjelas tujuan penggabungan sektor penerbangan dan wisata. Tipe bisnis yang berlainan, kata dia, bisa membuat kerja holding tak terarah. Adapun bandara, menurut Gerry, merupakan prasarana umum yang digunakan oleh banyak sektor dan tak perlu difokuskan guna melayani wisata. Dia justru menyarankan pengembangan Garuda sebagai induk holding. "Dengan banak usaha berupa maskapai, hotel, dan usaha wisata lain, bisa menjadi lebih efektif." (Koran Tempo)
3. Racik Strategi Pulihkan Laba
Industri perbankan tengah berjibaku menopang laba agar tak terus melorot lantaran dampak pandemi Covid-19. Berdasarkan data terbaru dari Otoritas Jasa Keuangan, laba sebelum pajak bank umum per September 2020 tercatat senilai Rp108,024 triliun atau terkoreksi 27,6% secara year on year. Sejumlah bank pun terus berupaya mengerek kredit untuk menopang laba. Apalagi sejatinya likuiditas tergolong cukup kuat. kinerja industri perbankan September 2020.
Namun, jika mengacu pada data Agustus 2020 diketahui seluruh kelompok bank tercatat mengalami penurunan laba. Meski pandemi diproyeksikan berakhir seiring dengan distribusi vaksin, tetapi kinerja ekonomi yang masih lemah belum dapat menstimulasi pendapatan bunga maupun fee based income. “Mungkin untuk laba yang mulai menyamai 2019 itu bakal terjadi pada 2022,” kata Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan. (Bisnis Indonesia)